Raja Ali Haji
Nama lengkap
Raja Ali Haji adalah Raja Ali al-hajj Fisabillillah bin Opu Daeng Celak alias
Engku Haji Ali ibni Engku Haji Ahmad Riau. Dia dilahirkan pada tahun 1808 M
dipusat kesultanan Riau-Lingga di pulau Penyengat. Catatan tentang hari dan
bulan kelahiran Raja Ali Haji berbeda dengan ayahnya. Catatan mengenai
kelahiran ayahnya begitu rinci, yaitu pada hari kamis waktu asyar bulan rajab
tahun 1193 M di istana yang dipertuan Muda Riau-Raja Haji Ibni Daeng Celak.
Sedangkan catatan mengenai Raja Ali Haji justru singkat sekali. Bahkan, catatan
kelahiran Raja Ali Haji lebih banyak di dasarkan pada perkiraan saja. Menurut
hasan junut, masa yang berbeda, waktu yang berbeda, mengantar pada semangat
zaman yang berbeda. Semangat zaaman yang berbeda berkembang pada saat itu
menyebabkan orang-orang memanggil nama Raja Ali Haji dengan sebutan
"Raja".
Orang-orang
melayu pada saat itu sering mengingat waktu kelahiran sianak dengan
mendasarinya dengan peristiwa-peristiwa penting. Raja Ali Haji lahir setelah
lima tahun pulau penyengat dibika sebagai tempat kediaman Engku Putri. Atau dia
lahir setelah dua tahun benteng portugis di makala diruntuhkan. Orang-orang
melayu juga sering memberikan nama anak-anaknya dengan mengambil nama datuk
(kakek) apabila datuknya itu sudah meninggal. Hal inilah yang menyebabkan
banyak terjadi kemiripan nama dalam masyarakat melayu.
Tahun kapan
meninggalnya Raja Ali Haji sempat terjadi perdebatan. Banyak sumber yang
menyebutkan bahwa ia meninggal pada tahun 1872. Namun, ternyata ada fakta lain yang
membalikkan pandangan umum tersebut. Pada tanggal 31 Desember 1871 Raja Ali
Haji pernah menulis surat kepada Hermann Von de Wall, sarjana kebudayaan
belanda yang kemudian menjadi sahabat terdekatnya. Yang meninggal di tanjung
pinang pada tahun 1873. Dari fakta ini dapat dikatakan bahwa Raja Ali Haji
meninggal pada tahun yang sama1873 di pulau penyengat.
Makam Raja
Ali Haji berada di komplek pemakaman Engku Putri Raja Hamidah. Persisnya di
luar bangunan utama makam Engku Putri. Karya Raja Ali Haji iyalah Gurindam dua
belas yang diabadikan di sepanjang bangunan dinding makamnya. Sehingga setiap
pengunjung yang datang dapat membaca serta mencatat karya maha agung tersebut.
Silsilah dan
Latar Belakang Keluarga
Raja Ali
Haji adalah putra Raja Ahmad, yang setelah berhaji ke mekah dengan gelar Engku
Haji Tua. Cucu Raja Haji Fisabilillah. Ibunya bernama Encik Hamidah binti
Panglima Malik Selangoratau Putri Raja Selangor yang meninggal pada tanggal 5
Agustus 1844.
Datuk RAH
bernama Raja Haji Fisabilillah, merupakan yang dipertuan muda Riau IV. Ia
dikenal sebagai YDM yang berhasil mendirikan kesultanan Riau-Lingga sebagai
pusat perdagangan yang sangat pentingdi kawasan ini. Ia juga dikenak sebagai
pahlawan yang terkenal berani melawan penjajah belanda, sehingga meninggal di
medan perang di teluk ketapang (18 juni 1784). Ia meninggalkan dua putra yaitu
Raja Ahmad ( ayah RAH) dan Raja Ja'far.
Raja Ahmad
dikenal sebagai intelektual muslim yang produktif menulis karya-karya besar,
seperti syair perjalanan Engku Putri Ke Lingga 1835, syair reaksi 1841, dan
syair perang johor 1843. Ia juga dikenal sebagai pemerhati sejarah terutama
sejarah masa lalu. Dalam karyanya, perang johor, ia menguraikan fakta perang
kesultanan johor dan kesultanan aceh yaitu pada masa keemasan johor. Ia dikenal
sebagai penulis pertama yang melahirkan sebuah epic yang menghubungkan sejarah
bugis di bawah melayu dan hubungannya dengan sultan-sultan melayu.
Keluarga
Raja Ahmad terdiri dari orang-orang terpelajar dan suka dengan dunia
tulis-menulis, anggota keluarganya yang pernah menghasilkan karya adalah Raja
Ahmad Engku Haji Tua, RAH, Raja Haji Daut, Raja Salehah, Raja Abdul Mutallib,
Raja Kalsum, Raja Safiah, Raja Sulaiman, Raja hasan dll.
RAH sebenarnya
berasal dari keturunan bugis. Garis keturunan ini berasal neneknya yang berasal
dari tanah bugis namun kemudian menetap di Riau dan memperoleh jabatan yang
dipertuan agung. Cerita ini bermula ketika raja bugis yang pertama kali masuk
islam, ternyata yang salah satunya memiliki keturunan yang salah satunya
bernama Daeng Rilaka.
Daeng Rilaka
memiliki lima orang anak, daeng rilaka meninggalkan tanah bugis dan mengembara
ke wilayah kesultanan Riau-Johor. Keturunan ini mendapat kedudukan di istana
kesultanan. Anak ke empat Daeng Rilaka yang merupakan nenek RAH yang menjadi di
pertuan muda riau II menggantikan saudaranya YDM Riau muda I.
Jabatan
tersebut merupakan realisasi dari hasil perjanjian kesultanan Riau-Lingga
dengan raja bugis yang telah berhasil menahlukkan minangkabau. Ketika itu
memang terjadi perang antara kerajaan minangkabau dan kesultanan melayu.
Berdasarkan garis keturunan itu, maka RAH merupakan kesultanan Riau-Lingga yang
dikenal memiliki tradisi keagamaan dan keilmuan yang sangat kuat. RAH memiliki
17 orang putra putri, anak RAH yang pertama mempunyai 12 orang putra putri,
kemudian cucu-cucu dari RAH menjadi ulama-ulama dan tokoh-tokoh masyarakat.
Pendidikan
RAH
memperoleh pendidikan dasarnya dari ayahnya sendiri. Di samping itu, dia juga
mendapatkan pendidikan dari lingkungan kesultanan Riau-Lingga di pulau
Penyengat. Di lingkungan kesultanan ini, secara langsung ia mendapatkan
pendidikan dari tokoh-tokoh terkemuka yang pernah datang. Ketika itu banyak
tokoh ulama yang datang dan merantau ke pulau penyengat dengan tujuan mengajar
dan sekaligus belajar. Di antara ulama-ulama yang dimaksud adalah Habib syeih
as-saqaf, syeih Ahmad Jabarti, syeih Ismail Bin Abdullah dan masih banyak yang
lainnya.
Pada saat
itu kesultanan Riau-Lingga dikenal sebagai pusat kebudayaan melayu yang giat
mengembangkan agama, bahasa dan sastra. Oleh karena RAH merupakan bagian dari
keluarga besar kesultanan, maka ia termasuk orang pertama yang dapat
bersentuhan dengan model pendidikan ini, yaitu bertemu langsung dengan
tokoh-tokoh ulama yang datang ke pulau penyengat. Ia belajar Al-Quran, hadist
dan ilmu-ilmu agama lainnya. Pendidikan dasar yang diperoleh RAH adalah sama
dengan anak-anak yang seusianya. Hanya saja, memang RAH memiliki kecerdasan
yang diatas rata-rata.
RAH juga
mendapatkan pendidikan di luar lingkungan kesultanan. Ketika ia dan rombongan
ayahnya pergi ke betawi pada tahun 1822 RAH memanfaatkan momentum ini sebagai
wahana untuk belajar. Ai juga pernah belajar bahasa arab, dan ilmu adama di
mekah. Yaitu ketika ia dan ayahnya dan sebelas kerabat lainnya mengunjungi
tanah suci mekah untuk berhaji. Mereka merupakan bangsawan Riau yang pertama
kali mengunjungi mekah. RAH beserta rombongan dan ayahnya sempat ke mesir,
setelah berkelana di mekah beberapa bulan, ketika itu rah massih berusia muda.
Selama
berkelana di mekkah, RAH memanfaatkan banyak waktunya untuk menambah
pengetahuannyatentang keagamaan. Di tanah suci inilah, pendidikannya seakan
akan mengalami peningkatan yang sangat tajam. Disana ia sempat berhubungan
dengan syeikh daud bin Abdullah al-fhatani. Ia belajar kepadanya seputar
pengetahuan bahasa arab dan ilmu-ilmu keislaman lainnya. Ulama ini merupakan
sosok ulama yang terpandang di kalangan masyarakat melayu yang ada di mekkah.
Pengalaman
Jabatan
Ketika masih
dalam usia muda, RAH sudah diamanahi tugas-tugas kenegaraan yang penting. Dalam
usia 30 tahun, RAH mengikuti saudara sepupunya, Raja Ali bin Ja'far, pergi ke
seluruh wilayah kesultanan Riau-Lingga hingga ke pulau-pulau terpencil.
Keperluan mereka adalah untuk memeriksa kawasan tersebut. Ketika Raja Ali bin
Ja'far di percaya menjadi wakil yang di pertuan muda di kesultanan Riau-Lingga,
RAH juga ikut membantu pekerjaan saudara sepupunya itu.
Ketika usia
RAH telah mencapai 32 tahun, ia dan saudara sepupunya itu dipercaya memerintah
wilayah Lingga untuk mewakili sultan Mahmud Muzaffar Syah yang pada saat itu
masih berumur sangat muda. Ketika itu sultan Mahmud Muzaffar Syah belum mau
menunjuk yang di pertuan muda pengganti Marhum Kampung Bulanyang telah
meninggal dunia. Pada tanggal 26 juni 1844 RAH membuat petisi yang isinya
mendukung Raja Ali menjadi wakil yang di pertuan muda kerajaan Riau-Lingga.
Petisi itu di tandatangani oleh pendukung Raja Ali.
Ketika Raja
Ali bin Jaffar diangkat menjadi yang di pertuan muda Riau VIII pada tahun 1845,
RAH diaangkat sebagai penasehat keagamaan kesultanan. Meski diserahi tanggung
jawab kenegaraan yang begitu berat kerena menguras tenaga dan pikirannya. Namun
RAH tetap menunjukkan propesionalitasnya sebagai penulis yang sangat produktif.
Bersama dengan Raja Abdullah Musyid dan Raja
Ali bin Jaffar, RAH berdagang ke pulau karimun dan kundur. Mereka juga
mengelola pertambangan timah. Ketika yang dipertuan muda Riau Raja Ali bib
Jaffar digantikan adeknya Raja Haji Abdullah Musyid, RAH dan Raja Ali bin
Jaffar kemudian membangun lembaga ahlul halli wa aqdi yang membantu jalannya
roda pemerintahan kesultanan.
Menjelang
wafatnya pada tahun 1858, yang di pertuan muda Raja Haji Abdullah Musyid
menulis surat wasiat yang isinya mengangkat RAH sebagai pemegang semua
kekuasaan hukum, yaitu menyangkut semua jurisprodensi islam. Disela-sela
tugasnya sebagai abdi Negara, pada tanggal 7 mei 1968, RAH mengetuai rombongan
kesultanan Riau-LIngga menuju teluk belanga untuk menghadiri penobatan
temenggung Johor Abu Bakar sebagai Maharaja Johor. Pekerjaan sebagai penanggung
jawab bidang hukum islam di kesultanan Riau-Lingga diemban oleh RAH hingga
meninggal pada tahun 1873.
Aktivitas
Nasional dan Internasional ·
Perjalanan
ke Batawi
RAH dikenal
sangat dekat dengan ayahnya, pada tahun 1822. RAH ikut ayahnya ke batawi selama
tiga bulan. Ayahnya membawa rombongan kesultanan Riau-Lingga, termasuk istri
dna dua orang anaknya, yaitu RAH sendiri dan Raja Muhammad. Kepergian ayahnya
beserta rombongan itu adalah dalam suatu urusan kesultanan Riau-Lingga dengan
pemerintah hindia-belanda, tepatnya dalam urusan perdagangan dan penilitaian.
Perjalanan ini dimulai dengan singgah sebentar di lingga dan kemudian
memeruskan pelayaran melalui selat Bangka.
Sesampainya
di betawi, RAH memanfaatkan sebaik-baiknya apa yang bakal di lihat atau pun
ditemuinya disana. Ia sempat bertemu dengan gubernur jendral Hindia-Belanda
yang menjamu rombongan Raja Ahmad di istana gubernur hindia belanda. Ia juga
dapat mengunjungi bogor dan menonton berbagai pertunjukan kesenian disana,
separti opera. Ia juga sempat mengunjungi para ulama terkenal betawi yang
bernama Saiyid Adbur Rahman al-masyhri.
Pekaman
peristiwa dan pengalaman RAH selama di betawi di tuangkan di dalam karyanya.
Ada dua peristiwa penting yang dialaminya di berawi yang kelak mempengaruhi
pekiran RAH. Pertama, kesempatan RAH menonton opera. Bangunan ini bentuknya
seperti rumah yang lekuk ke dalam tanah.
Pada tahun
1826 RAH juga ikut ayahnya pergi ke pesisir utara pulau jawa selain batawi.
Ayahnya melakukan perjalanan kesana dengan tujuan berniaga agar dapat
menghasilkan dana untuk pergi haji. Menurut cerita, RAH pernah sakit di kota
juana, bahkan dalam keadaan koma. Ayahnya sempat membelikan karanda karena
mengira anaknya akan meninggal. Namun atas kuasa Allah RAH akhirnya dapat
sembuh kembali. · Perjalanan ke mekkah
Pada tahun
1828 RAH mengikuti sejumlah rombongan lesultanan Riau-Lingga untuk menunaikan
ibadah Haji yang dipimpin oleh ayahnya sendiri. Pada tanggal 5 maret 1828
rombongan ini sampai di Jeddah. Sejak menunaikan ibadah haji itu Raja Ahmad
dikenal dengan gelar Engku Haji Tua dan anaknya RAH dikenal dengan nama Raja
Ali Haji.
Sekembalinya dari tanah suci, RAH menjadi
ulama terkemuka di masanya, ketika saaudara sepupunya yang bernama raja ali bin
raja jaffar menjadi yang di pertuan muda Riau VIII, RAH diminta oleh sepupunya
itu untuk mengajar agama islam di lungkungan kesultanan Riau-Lingga. Bahkan,
Raja Jaffar juga ikut balajar kapada RAH.
RAH menjadi
tumpuan banyak orang yang bertanya masalah-masalah keislaman. Dengan penuh
kesabaran ia menuntun dan membimbing masyarakat dengan segala keahliannya. ·
Aktivitas
Kepenulisan
Usia 40 tahun adalah masa dimana RAH banyak
mencurahkan perhatiannya pada penulisan karya-karya sastra. Ia tercatat sebagai
penulis yang produktif dimasanya. Kesultanan Riau-Lingga, johor dan Pahang
ketika itu menjadi terkenal berkat karya-karya RAH yang banyak dibicarakan
pakar bahasa dan sastra di seluruh nusantara dan juga di luar negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar